Namsaya Ciput, saya akn menceritakn pengalamanku saat melsayakan KKN dari kampus ke sebuah dusun atas gunung. Cerita ini tentang sebuah rumah tua yang akn kami kunjungi untuk sensus penduduk, dimana rumah tua itu ada di tengah tanah kosong. Rumah yang ada iatas gunung letaknya berjauhan sehingga banyak tanah kosong yang memisahkan antara rumah satu dg lainnya.
Siang itu saya berangkat bersama teman satu teamku namanya Tika, kami mengawali sensus agak siang karena perjalanan dari lokasi posko ke rumah warga agak jauh. Awalnya saya dan Tika tidak mengalami kendala apapun sampai akhirnya kami tiba disebuah rumah yang tampak tidak terurus, banyak sarang laba laba dan penuh debu. Ada sebuah kkamung ayam yang bahkan sudah terbuang disekitar rumah dan beberapa barang yang tidak lagi pada tempat yang seharusnya.
“ka, mungkin rumah ini kosong. Lebih baik kita lewatin aja” ujarku pada Tika yang sudah melangkah ke depan pintu rumah.
“Iya juga sih put, sepertinya emank gak ada orang lagi” timpal Tika setuju.
Kami berdua teriam dan tanpa diperintahkan kami berdua mengucapkan salam beberapa kali untuk memastikan di dalam tidak ada seorangpun. “Assalamualaikum..” ucap kami sampai dg tiga kali tidak ada yang menjawab. Akhirnya kamipun berbalik hendak meninggalkan rumah itu namun sebelum kami benar benar menghilang tiba tiba suara lirih memanggil kami disertai pintu yang terbuka.
Dari dalam keluar seorang nenek yang terlihat sangat ramah namun sudah cukup sangat tua. Dia tersenyum sambil melambaikan tangan memanggil kami. Aku dan Tika membalas senyumnya dan mendekat.
“Maaf mengganggu nek, kami hanya ingin menanyakn beberapa pertanyaan sama nenek. Boleh yah ?” Tanysaya ramah
“Iya silahkan” jawabnya ramah pula
“Nek, disini ada berapa yang orang yang tinggal sama nenek?” Tanya Tika memulai
“Sekarang nenek cuma tinggal sendiri, tapi nenek punya cucu yang tinggal dikota. Dia kesini kalau hari ltanter” jawab nenek lagi
“Jadi yang benar benar tinggal disini cuma nenek yah? Tidak ada lagi keluarga yang lain yah nek” saya memastikan dan begitu selanjutnya pertanyaan demi pertanyaan kami ajukan dan dijawab dg jelas oleh nenek.
Akhir dari sensus itu kami meminta ia tkamu tangan tangan tapi kata nenek ia tidak bsa, terpaksa kami menggunakn cap jempol. Ketika kami stantek mengambil tinta dari dalam tas, tiba tiba nenek itu sudah tidak ada dihadapan kami saat Tika hendak menyodorkan tinta itu. Kami berdua kebingungan dan saat itu saya mulai merasa merinding begitupun Tika. Kami berdua bergegas meninggalkan rumah itu tapi kami masih berpikiran positif bahwa nenek itu mungkin sudah masuk kedalam.
Sensuspun berakhir, saya dan Tika menyodorkan hasil sensus kami. Ketua Posko kami menginformasikan bahwa jumlah rumah yang kami kunjungi melebihi dari kuota yang dibagikan. “Put, rumah yang didekat kebun itu sudah gak ada penghuninya. Palingan juga anaknya datang kalo ltanter, kata warga sini sih agak serem suka ada hantu nenek nenek disana. Kamu gak kesitu kan?” tanya ketua poskoku. Aku teriam sambil melihat Tika yang juga terus memkamungku. Lalu saya menjawab dg tenang “Engga kok, Nggak salah lagi, rumah yang lebih itu kan rumah itu”, heheheh.
EmoticonEmoticon