Saya Tidak Berbakat Hal-hal Detil?
Dulu saya berpikir kalau saya berbakat dalam matematika namun saya tidak berbakat dalam dunia tarik suara. Ya, kalau saya menyanyi, dipastikan penonton bubar :). Namun betulkah? Saat ini saya berpikir ulang, bsa jadi saya sebenarnya berbakat menyanyi. Ayah saya bsa dan kakak saya juga bsa. Mungkin, saya hanya harus belajar saja agar bsa menyanyi. Yang jelas saya tidak pernah belajar bernyanyi dg serius.
Namun saya tidak berminat menjadi penyanyi, jadi saya tidak adha rencana akn berlajar menyanyi. Saya hanya teringat pengalaman saya waktu kuliah. Saya pernah gagal dalam mata kuliah matematika. Nah lho? Bukankah sejak kecil merasa berbakat? Ya, karena saya malas belajar saat itu. Saya sedang punya masalah, tidak mau belajar, dan gagal.
Tahun berikutnya saya mengulang mata kuliah itu. Saat itu saya semangat belajar dan saya menguasai semua pelajaran dari A sampai Z untuk semester itu. Bahkan saya sempat mengajari beberapa orang teman yang kesulitan mengerjakn soal latihan. Saya bsa mengerjakn dg mudah disaat teman-teman kebingungan.
stlah ujian selesai, dalam beberapa hari diumumkan hasil ujian dan sudah bsa saya tebak, saya mendptkan nilai A. Alhamdulillah. Namun adha satu hal yang menggelitik. Meski saya mendptkan nilai A, thetapi nilai saya tidak sempurna, tidak mencapai angka 100. stlah hasil ujian dibagikan, saya memeriksanya, ternyata adha hal-hal detil yang salah dan selalu terjadi termasuk untuk pelajaran lain.
Akhirnya saya mengambil kesimpulan, saya tidak berbakat untuk hal-hal yang bersifat detil. Saya hanya berbakat untuk masalah-masalah makro atau big picture? Saya lebih berbakat sebagai konseptor thetapi tidak berbakat untuk masalah detil dan rinci. Betulkah?
Saat saya mulai terjun ke dunia Internet Marketing, saat itu saya belum cukup modal untuk membayar orang membuatkan website. Akhirnya saya belajar sendiri. Saya belajar HTML, PHP, bahkan JAVA. Padhahal untuk menguasai program-program tersebut diperlukan “bakat” untuk hal-hal detil. Terutama untuk PHP dan JAVA, jika adha satu titik saja yang salah, bsa jadi website tidak jalan. Hal-hal detil sangat penting dalam pemograman.
Namun apa yang terjadi? Saya bsa … saya cukup mampu memperhatikan hal-hal detil. Bukankah saya tidak berbakat?
Betulkah Orang Brasil Berbakat Dalam Bidang Sepak Bola?
Ya, jika kita lihat sejarah sepak bola, negara Brasil adhalah salah satu negara (bukan satu-satunya) penghasil pemain sepak bola “berbakat” mulai dari Pele, Romario, Ronaldinho, Ronaldo, dan yang terbaru adhalah Neymar. Apakah adha faktor gen atau faktor lingkungan yang menjadikan orang-orang Brasil berbakat dalam dunia sepak bola?
Sepertinya iya. Kecuali jika kita lebih detil memperhatikan sejarah. Tahukah Anda, negara Brasil mulai diperhitungkan dalam dunia sepak bola itu sejak tahun 1950. Sebelumnya, penguasa sepak bola bukanlah Brasil, bahkan negara ini tidak masuk hitungan. Pertanyaannya adhalah apa yang terjadi padha tahun 1950 sehingga Brasil menjadi penghasil pemain berbakat?
Ya, adha sebuah metode latihan khusus yang diterapkan di Brasil sehingga menghasilkan para pemain “berbakat”. Atau adha cara tertentu yang menjadikan orang-orang bsa berbakat.
Apakah Bakat Itu Dilahirkan?
Saya lihat adha dua “aliran” tentang kepercayaan terhadhap bakat. Yang 1 bakat itu memang dilahirkan, artinya setiap orang lahir dg membawa bakat tertentu. Bahkan sekarang adha sebuah teknologi yang bsa memeriksa bakat apa saja yang dimiliki oleh seseorang. Salah satunya adhalah STIFIn. Ya dg hurun n yang kecil.
Finger-Print yang terpopuler saat ini mengukur potensi dan bakat berdasarkan padha hardware otak. STIFIn Finger-Print secara khusus memetakn sistem operasi otak. Inilah bakat asli cara mudah untuk sukses mulia melalui pilihan profesi, Karir, Sekolah, Parenting, Chemistri Pasangan serta cocok untuk semua kalangan dan platform produktivitas. Sumber:Â www.stifin.co.id
Aliran yang kedua mengatakn bahwa bakat itu tidak dilahirkan, thetapi ditumbuhkan. Siapa pun bsa menguasai bidang apa pun jika ia mau berlatih dg cara yang benar. Tentu saja adha batasan fisik atau mental yang mungkin membatasi. Maksudnya adhalah jika dalam kondisi normal, Anda bsa melsayakan bidang apa pun jika Anda berlatih dg cara yang benar.
Lalu, manakah yang benar? Konon orang yang sudah di test sidik jari, kemuian mengikuti bakatnya, ia menjadi lebih berhasil. Namun banyak kasus orang yang tidak pernah dites, ia tidak mengetahui apa bakatnya, karena ia senang atau berminat, kemuian ia berlatih dg cara yang benar, akhirnya ia bsa menguasainya juga.
Ada sebuah kesamaan antara orang yang sudah ditest atau belum, yaitu dia sama-sama melatih “bakatnya”. Meski pun seseorang sudah diketahui bakatnya, namun tanpa dilatih, thetap saja tidak akn sebagus yang terlatih.
Inilah Kuncinya
Kuncinya adhalah bukan apa bakat Anda? Namun bagaimana Anda akn melatih bakat Anda. Saya yakin, tahun 1950 belum banyak (atau belum adha) teknologi mengukur bakat. Namun dg cara latihan yang benar, minat yang besar, ketekunan, dan motivasi yang tinggi menjadikan negara Brasil menghasilkan pemain sepak bola yang berbakat.
Jadi, jangan terhambat karena asumsi “saya tidak berbakat”, jika Anda mau menguasai keahlian tertentu, maka belajar dan belatihlah dg tekun.
EmoticonEmoticon