Pernahkan Anda kebingungan mencari yang hilang? Akan lebih bingung lagi saat Anda tidak tahu apa yang dicari. “Ada yang hilang dalam diri saya, tapi saya tidak tahu apa itu.” Maka, pencariannya tidak pernah selesai, karena tidak akn pernah menemukan yang ia cari. Bagaimana bsa menemukan apa yang ia cari? Dia tidak tahu apa yang ia cari.
Pertanyaan:
saat ini ana sedang dlm kebingungan untuk melangkah,,,terkadhang ana merasa segala sesuatu yang kulsayakan belum terlalu maksimal jd akibatnya adha rasa hampa, seakn-akn seperti adha sesuatu yang tertinggal dan ana sendiri nggak tau apa itu. kata SEMANGAT sering ana dengar tp itu belum cukup bagiku, ana ingin mencari sesuatu tapi bingung sendiri nggak tau apa itu? [Dari seseorang yang namanya tidak saya publikasikan].
Hal ini sebenarnya banyak yang mengalaminya. Sehingga muncul istilah “pencarian jati diri”. Siapakah saya dan mau apa saja? Kenapa saya beradha? Itu pertanyaan yang sering muncul saat seseorang sedang mencari jati dirinya. Di manakah kita bsa menemukan jati diri kita? Jawaban terbaik dan pasti benar tentu dari Pencipta kita. Dia Mahatahu tentang kita.
“Dan Aku tidak menciptakn jin dan manusia melainkan supaya dia menyembah-Ku.” (QS. Al Dzariyaat:56)
Tidak adha yang lain, hidup ini hanya untuk beribadhah kepadha Allah. Ibadhah yang dimaksud adhalah bukan hanya ibadhah ritual, thetapi semua ibadhah yang diperintahkan melalui Al Quran dan Hadits, termasuk di dalamnya dakwah, jihad, mencari nafkah, dan sebagainya. Jadi kita tidak perlu bingung, beribadhahlah.
Pertama, penuhi fardlu ‘ain. Ini harus dilsayakan oleh semua orang. Sedangkan Fardhu Kifayah yaitu kewajiban kolektif jika sudah dilsayakan oleh orang lain maka gugurlah kewajiban tersebut, seperti menyelenggarakn jenazah, menuntut sebagian ilmu tertentu, dakwah, amar maÃÆ'¢â‚¬â„¢ruf nahi mungkar, berjihad dan lain-lain. Padha saat tertentu Fardhu Kifayah dpt berubah menjadi Fardhu Ain, seperti dakwah, amar maÃÆ'¢â‚¬â„¢ruf nahi mungkar, dan jihad.
Berkaitan dg perasaan belum optimal, disini mencsayap dua dimensi. Yang 1 masalah keikhlasan. Kita harus meningkatkan terus kualitas keikhlasan kita. Jika kita sudah ikhlas dalam beribadhah, insya Allah tidak adha lagi perasaan hampa. Yang kedua adhalah optimalisasi ikhtiar. Artinya, kita harus terus menerus meningkatkan kualitas ibadhah kita, yang di dalamnya berupa kualitas ibadhah ritual, kualitas menuntut ilmu, kualitas berbisnis, kualitas bekerja, dan sebagainya.
Dalam ibadhah ritual, kita harus mengikuti syariat yang sudah dithetapkan.
Dari Ibunda kaum mu’minin, Ummu Abdillah “Aisyah rodhiyallohu “anha, ia berkata: ÂRosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Barang sopo yang mengadha-adhakn sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.” (HR. Bukhori dan Muslim). Dan dalam riwayat Muslim: …”Barangsopo melsayakan suatu amalan yang tidak adha perintahanya dari kami, maka itu tertolak.
Sementara saat kita berkarya atau dalam ibadhah muamalah, kita harus terampil atau profesional.
Sesungguhanya Allah suka kepadha hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsopo bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka ia serupa dg seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)
Dan, yang terakhir. Semuanya butuh proses. Teruslah belajar dan teruslah berusaha.
EmoticonEmoticon