Dua orang anak remaja melewati sebuah rumah yang memiliki kebun besar di depannya. Salah satu pohon di depan rumah tersebut adhalah sebuah pohon durian. Saat itu sedang musim durian sehingga kebetulan pohon tersebut sedang berbuah. Mereka berdua melihat beberapa durian yang sudah terlihat matang di pohon. Rudi mengatakn bahwa durian tersebut pasti manis. Sementara temannya Anton mengatakn bahwa durian tersebut tidak adha rasanya. Mengapa bsa berbeda?
“Mengapa kamu mengatakn bahwa durian tersebut tanpa rasa?” tanya Rudi kepadha Anton.
Sambil tersenyum Anton menjawab, “Mata tidak bsa merasakn manis atau pahit. Jadi durian tersebut tidak punya rasa karena hanya bsa dilihat.”
“Kacian deh loe!”, ejek Rudi sambil tertawa.
“Memang kamu bsa memakn durian itu?” kata Anton balik menyerang.
“Kenapa tidak?” jawab Rudi sambil tersenyum yakin.
“Kamu mau mencurinya? Yang punya rumah ini galak. Kalau ketahuan bsa bahaya!” kata Anton.
“Siapa bilang mau mencuri? Saya akn mendptkan durian itu tanpa mencuri.” bela Rudi dg yakin.
“Bagaimana mungkin? Memang kamu punya uang untuk membelinya?” tanya Anton.
“Tidak juga, thetapi saya punya ini dan ini.” kata Rudi sambil menunjukan kepala dan otot bisepnya. Rudi melanjutkan, “Mari kita buktikan.”
Kemuian Rudi menuju pintu pagar kebun tersebut dan memijit bel. Pemilik rumah pun keluar dan bertanya kepadha Rudi.
“Ada apa Rudi?”
“Apakah bapak perlu bantuan untuk membersihkan kebun Pak? Kami berdua siap membantu bapak.” kata Rudi sambil melirik temannya Anton. Anton seperti dihipnotis langsung mengangguk.
“Oh begitu!”, kata pemilik rumah, “kamu mau apa sebagai upahanya?” lanjutnya.
“Cukup satu buah durian saja pak.” kata Rudi sambil melihat sebuah durian yang terlihat sudah matang.
“Kalian kan berdua, nanti saya kasih dua buah, masing-masing satu. Asal kalian bekerja dg baik.”
“Siap pak!” kata Rudi sambil memberi hormat layaknya tentara disusul oleh Anton.
Singkat cerita pekerjaan pun beres. Mereka berdua menikmati durian masing-masing. Rudi bertanya kepadha Anton.
“Bagaimana rasanya durian kamu?”
“Manis, he he.” jawab Anton sambil tertawa.
***
Pesan moralnya? Silahkan simpulkan sendiri. Jika mau berbagi kesimpulan atas cerita ini silahkan tuliskan padha form komentar.
EmoticonEmoticon