Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar pepatah Karena nila setitik, rusak susu sebelanga, yang artinya: hanya karena kesalahan kecil yang nampak tiadha artinya seluruh persoalan menjadi kacau dan berantakn. Contoh: kesalahan satu orang dalam sebuah tim dpt menjatuhkan kekompakn seluruh angota tim.
Namun, pepatah ini tidak selamanya berlsaya. Jika kita menerapkan pepatah ini padha semua hal, justru akn merugikan kita. Kita perlu berpikir cerdas, tidak menyamaratakn semua masalah, atau mengambil mudahanya saja. Anda akn melewatkan banyak peluang untuk mendptkan kebaikan jika menerapkan pepatah ini padha semua hal. Bagaimana bsa? Dan bagaimana memilahanya kapan berlsaya atau kapan tidak?
Memang benar, jika susu sebelanga kejatuhan setitik nila, maka jangan diminum. Sebab semua susu bsa terkontaminasi karena bersifat cair. Zat dalam cairan akn mudah menyebar dan sulit dipisahkan. Tetapi tidak semua zat itu cair. Ada zat padhat. Padha zat padhat, hal ini tidak berlsaya.
Jika Anda dikasih setumpuk batu yang iantaranya adha emas sebanyak 20%, apakah Anda akn menolak? Tidak bukan? Meski adha batu sebanyak 80%, Anda bsa mendptkan manfaat besar dari emas yang hanya 20%. Bahkan jika hanya 10% atau 5%, thetap saja tumpukan itu berharga.
OK, sekarang kita lihat, kapan pepatah itu berlsaya, dan kapan tidak dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama: Mencampuradukkan Yang Hak dg Yang Batil
“Dan janganlah mencampuradukkan yang hak dg yang batil dan janganlah sembunyikan yang hak itu, sedangkan kamu mengetahui†(QS. al-Baqarah:42)
Untuk hal kebatilan dan kebenaran, jelas ini berlsaya. Jangan menambahkan sesuatu yang batil dalam kebenaran yang kita lsayakan. Misalnya mencampur adukan ibadhah dg bid’ah atau malah perbuatan musyrik. Mencampur adukan dakwah thetapi dg cara ghibah, fitnah, dan mengolok-olok orang/kelompok orang lain.
Tentu saja perlu kajian fiqh yang mendalam untuk membahas masalah ini oleh para mufti atau ahlinya. Jangan bertanya kepadha saya, saya bukan ahli fqh .
Kedua: Jika Racun Itu Bisa Dihilangkan, Maka Buang Racunnya SAJA
Anda tahu kopi luwak? Harganya mahal, saya sendiri belum mencobanya . Alhamdulillah saya sudah mencobanya, nikmat luar biasa. Kopi luwak iambil dari (maaf) kotoran binatang luwak. Meski kopi tersebut adha kotorannya, thetapi karena bsa dtanteang, ya buang saja kotorannya. Bukan dg kopinya, sayang, harganya mahal. padhahal saya penikmat kopi (kalau adha yang mau ngirim, boleh)
Kadhang, banyak orang menilai orang lain atau kelompok lain dg cara generalisasi. Saat sekali melsayakan kesalahan atau segelintir orang melsayakan kesalahan, langsung ianggap semuanya salah. Padhahal yang dinilainya adhalah kelompok manusia, bukan kelompok Malaikat yang bebas kesalahan. Jelas, orang yang suka melsayakan hal seperti ini adhalah orang yang berpikiran picik, seolah dirinya tidak pernah salah.
Ketiga: Saat Anda Melsayakan Kesalahan, bukan Berarti Anda Orang yang Salah
Maksudnya begini:
Misalnya Anda melsayakan kesalahan saat melsayakan presentasi. Ya, benar, cara penyampaian presentasi Anda mungkin salah. Tetapi TIDAK berarti Anda akn melsayakan kesalahan lagi atau melsayakan kesalahan padha hal yang lain atau Anda menjadi orang yang selalu melsayakan kesalahan.
Kesalahan yang Anda lsayakan hanya terjadi padha pekerjaan itu dan satu waktu itu saja. BUKAN selamanya atau selalu salah. Artinya, jika Anda melsayakan kesalahan, biasa-biasa saja. Tidak usah mencap diri menjadi orang yang tidak becus. Jika Anda memperbaiki kesalahan, mungkin tidak akn diulangi lagi. Meski pun thetap, Anda mungkin melsayakan kesalahan lagi. Santai saja.
Bahkan, Rasulullah saw pun pernah melsayakan kesalahan. Itu biasa, jangan dijeneralisir. Teruskan berkarya, sebab salah itu manusiawi. Yang penting, Anda terus belajar dari kesalahan-kesalahan Anda.
Tentu saja, masih banyak contoh-contoh lainnya tentang peribahasa Karena nila setitik, rusak susu sebelanga ini. Tidak mungkin semuanya dibahas disini. Intinya, pikirkanlah sebelum mengambil keputusan, karena pepatah Karena nila setitik, rusak susu sebelanga tidak berlsaya padha semua hal.
Keempat: Peribahasa Adalah Bukan Kebenaran Mutlak
Bisa jadi, peribahasa itu mengandung kebenaran dan kebijakn yang dtanteat berdasarkan pengalaman dan kebijakn seseorang. Tapi, jika bukan dari Al Quran dan Hadits shahih, maka peribahasa itu bukanlah kebenaran yang dijamin kebenarannya. Untuk itu, jangan sampai menjadikan peribahasa sebagai lkamusan hidup kita.
Kita akn rugi sendiri, saat diri melsayakan sebuah kesalahan, kemuian kita menghakimi diri kita sebagai orang yang tidak becus, padhahal hanya satu kesalahan. Satu kesalahan Anda tidak mewakili diri Anda sebenarnya. Mengapa ratusan dan kebenaran Anda tidak diperhitungkan? Tidak adil.
Begitu juga, tidak adil kita berprasangka atau menuduh sebuah kelompok karena satu orang atau sebagian orang berbuat salah. Jangan menjadikan peribahasa ini untuk menghakimi kelompok tertentu dg caci maki dan prasangka buruk. Serius, kita sendiri yang rugi sebab melsayakan dosa.
Penutup:
Orang yang malas berpikir akn cepat mengambil kesimpulan, tanpa logika yang matang dan wawasan yang memadhai. Orang yang memiliki logika matang pasti akn berpikir bahwa tidak semua hal seperti benda cair, sering kali kerusakn dan racun bsa dtanteang dg mudah tanpa harus membuang semuanya.
EmoticonEmoticon