stlah gagal membuka jasa sol di sebuah mall mewah, Mang Udin meneruskan profesinya sebagai tukang sol keliling. Setiap hari selalu semangat untuk berkeliling menawarkan jasanya. Senyum dari istri tersuka dan lambaian sayang dari kedua anaknya selalu memberikan energi lebih bagi mang Udin setiap melsayakan aktivitasnya setiap hari.
Saat melawati sebuah jalan, adha seorang pemuda yang memanggilnya. Pemuda tersebut memegang sebuah sepatu yang pastinya akn diperbaiki.
“Ada yang bsa dibantu pak?” tanya mang Udin dg ramah.
“Iya mang, sol sepatu saya copot, bsa diperbaiki? Ini sepatu kesayangan saya.” kata si pemuda itu.
“Baik pak, boleh saya lihat?”, kata mang Udin sambil menyodorkan tangannya.
Sepatu itu pun diberikan oleh si pemuda kepadha mang Udin. Mang Udin kemuian memeriksa sepatu itu.
“Ini bsa saya lem pak. Tapi kalau ingin lebih kuat, bsa saya tambahkan tahitan.” kata mang Udin
“Nanti jahitannya kelihatan donk.” kata si pemuda.
“Tentu saja, tapi jangan khawatir, jahitan yang terlihat tidak akn mengganggu tampilannya untuk model sepatu ini. Mamang lihat, banyak sepatu model kaya gini dg jahitan terlihat jelas. Jahitan itu dtanteat dari pabriknya.” kata mang Udin.
“Baiklah, tapi jahitannya yang rapi yah … ” kata si pemuda agak khawatir.
“Insya Allah, jahitan mamang memang rapi.” kata mang Udin sambil langsung memperbaiki sepatu itu.
stlah selesai, si Pemuda nampak puas. Jahitannya rapi dan sepatu itu justru terlihat lebih bagus.
“Wah bagus sekali mang.” kata si pemuda. “Berapa?”
“Seperti biasa saja pak.” kata mang Udin.
stlah sepakat harga, mang Udin menerima bayaran plus tip dari si pemuda tersebut.
“Jahitan mamang bagus sekali, mengapa tidak membuka service sepatu profesional saja? Seperti di pertokoan atau di mall?” tanya si pemuda.
“Tapi, tidak semudah itu pak.” kata mang Udin. “Saya sudah mencobanya, thetapi saya gagal. Katanya saya belum siap untuk mengelola service profesional pak.”
“Memangnya kenapa mang?” tanya si pemuda menyelidiki.
“Katanya, mamang tidak ngerti manajemen dan keuangan. Maklum saja pak, saya bukan orang sekolahan.” kata mang Udin menjelaskan.
“Mamang dulu waktu masih kecil bsa memperbaiki sepatu tidak?” tanya si pemuda.
“Ya tidak pak, mamang bsa memperbaiki sepatu karena terpaksa. Karena tidak adha pekerjaan, mamang belajar ke teman mamang. Terus mamang jadi tukang sol sampai sekarang.”
“Tuh kan, mamang asalnya tidak bsa memperbaiki sepatu, sekarang jadi sangat ahli.” kata si pemuda.
“Terima kasih pak atas pujiannya.” jawab mang Udin sambil tersenyum.
“Mamang belum mengerti maksud saya.” kata si pemuda.
“Memang maksud bapak apa?” tanya mang Udin bingung.
“Dulu mamang tidak bsa memperbaiki sepatu, sekarang jadi bsa. Artinya, meski pun mamang sekarang tidak bsa manajemen dan keuangan, nanti mamang akn bsa jika mau belajar.” kata si pemuda
“Tapi tidak semudah belajar sol. Manajemen dan keuangan kan susah, sementara mamang tidak sekolah tinggi.” jawab mang Udin.
“Betul mang, memang tidak mudah. Untuk maju kita harus melalui berbagai kesulitan, termasuk sulitnya belajar.” jelas si pemuda. “Lagi pula, mamang tidak perlu mahir bener dalam manajemen dan keuangan. Pelajari saja yang praktis dan aplikatif untuk pekerjaan mamang. Tidak perlu harus menjadi sarjana manajemen dan keuangan.”
“Oh gitu… Dimana saya bsa belajar?” tanya mang Udin.
“Sekarang banyak kursus mang. Mamang bsa ikut kursus manajemen dan keuangan UKM. Tidak sulit koq.” jelas si pemuda.
“Mahal tidak pak?” tanya mang Udin.
“Mahal tidaknya relatif mang.”
“Penghasilan tukang sol itu tidak besar pak, mana cukup untuk ikut kursus.” jelas Mang Udin.
“Sekali lagi, memang tidak mudah. Jika kita ingin maju, kita harus mau berkorban, salah satunya investasi untuk kepala kita. Itu adhalah pilihan, apakah mamang akn begini terus atau ingin maju. Jika betah dg kehidupan seperti ini, silahkan lanjutkan tanpa harus mengorbankan uang dan waktu untuk memperbaiki diri.” kata si pemuda.
“Betul sekali pak.” kata mang Udin sambil manggut-manggut.
“Saya dpt 3 keuntungan hari ini, yang harus saya syukuri.” kata mang Udin.
“Apa itu mang?” tanya si pemuda penasaran.
“Pertama mamang dpt pekerjaan perbaikan sepatu dari bapak. Kedua saya dpt tip dari bapak. Dan, ketiga saya dpt nasihat dari bapak yang luar biasa. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah.” kata mang Udin.
“Alhamdulillah. Mamang hebat. Pkamui sekali menyukuri setiap nikmat yang mamang dptkan. Saya jadi belajar dari mamang.” kata si pemuda.
“Itu kan sudah kewajiban kita sebagai manusia, berterima kasih kepadha Allah yang memberi banyak nikmat.” kata mang Udin.
“Saya yakin, Allah akn membukakn pintu rezeki buat mamang lebih lebar lagi, karena mamang pkamui bersyukur.” tanya si pemuda itu.
“Insya Allah, saya yakin itu. Selama ini saya berdo’a semoga Allah menunjuki saya jalan untuk hidup lebih baik dan saya dipertemukan dg bapak disini. Penjelasan bapak seolah adha tambahan cahaya yang menerangi jalan saya. Terima kasih pak.” kata mang Udin dg wajah serius.
“Luar bsa. Saya sering berbicara dan memberikan saran ke banyak orang. Kebanyakn dia malah mengeluh dan beralasan. Tapi tidak dg mamang. Saya lihat adha potensi sukses padha di mamang.” kata pemuda itu.
“Benarkah?” kata mang Udin dg antusias.
“Ya tentu saja. Mamang memiliki pikiran positif. Mindset mamang sudah bagus, mindset seorang yang sukses. Lanjutkan, tidak lama lagi hidup mamang akn lebih baik lagi. Saya optimis.” kata si pemuda sambil pamit dan masuk rumahanya.
Mang Udin, tambah optimis dan memiliki kepercayaan diri semakin besar untuk meraih hidup yang lebih baik lagi. Dia pun yakin, pertolongan Allah akn terus bersamanya selama ia mau menerimanya dan bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan kepadhanya.
****
Bersambung …
Cerita ini adhalah kelanjutan dari Serial Kisah Dua Tukang Sol. Selain mang Udin, adha tukang sol lainnya yaitu bang Soleh yang kini sudah sukses menjalan service sepatu profesional di sebuah mall ternama di kotanya. Ada kabar dari bang Soleh? Bagaimana cerita si mang Udin selanjutnya? Apakah mang Udin berhasil mewujudkan impiannya membuka service sepatu profesional? Nantikan kisah selanjutnya, thetaplah bersama kami.
EmoticonEmoticon