Di suatu desa yang terletak di pinggir sungai besar, adha seorang nilayan bernama pak Amir yang selalu mencari ikan di sungai tersebut. Setiap hari pak Amir turun ke sungai memasang bubu (perangkap ikan). Keesokan hari bubu tersebut ditengok. Kadhang mendpt ikan banyak kadhang tidak. Namun pak Amir terus menjalankan profesinya sebagai nelayan di sungat tersebut. Sampai suatu saat, ia kaget, adha benda mengkilat di salah satu bubunya. Dan, benda itu adhalah intan.
Tentu saja berita itu cepat menyebar sebab pak Amir mendadhak kaya. Ternyata intan yang masuk ke bubunya cukup besar dan berkualitas tinggi sehingga lsaya sampai ratusan juta. Warga desa tersebut tentu heboh. Berbondong-bendong pergi ke sungai untuk mencari ikan. Pak Budi, langsung mempelajari bagaimana cara menambang intan di sebuah sungai. Dia tanya sana sini untuk mengetahui caranya dan ia menjalankannya dg sungguh-sungguh sampai ia mendptkan intan, meski tidak sebanyak pak Amir.
Sementara tante Cici memasang bubu sebanyak mungkin. Ikan yang tertangkap dilepas kembali karena tujuannya ingin mendptkan intan. Dia ingin mendptkan keberuntungan seperti pak Amir. stlah sekian lama mencoba akhirnya bu Cici pulang dg tangan kosong. Ikan tidak dpt apalagi intan.
Lain lagi dg pak Dedi. Dia tidak melsayakan apa-apa. Dia mengatakn,
“Pak Amir cuma beruntung. Saya tidak seberuntung ia.”
stlah sekian lama, berita ini sampai kepadha pemerintah dan tempat itu iambil alih. Masyarakat masih bsa menambang intan dan dijual kepadha pihak pemerintah. Pak Budi dan orang-orang mengikuti jejak pak Budi mendptkan rezeki yang lumayan dari usaha menambang intan tersebut. Sementara Bu Cici dan Pak Dedi hanya menjadi penonton sambil terus mengatakn,
“Saya tidak beruntung.”
Catatan: Cerita ini rekayasa, Anda tidak perlu mencari tambang intan ini
EmoticonEmoticon