Gadis Incaran

“Aw” katsaya lirih sambil perlahan membuka kedua matsaya, saya baru saja terbangun dari pingsan. Masih bsa kurasakn perihanya bekas pukulan di pelipis kananku. Aku terpsaya dalam keadaan yang sulit. Ternyata Stlah hampir 2 hari saya terkurung dalam gudang kayu jati ini, tetap saja saya tidak bsa keluar untuk kabur atau sekedar mencari pertolongan. Tali tambang kusut yang serabut-serabutnya sudah berhamburan ini tetap saja mengikat kuat tubuh mungilku. Dapat kulihat, ventilasi di gudang ini sangat sedikit. Sehingga atmosfer yang dpt kurasakn begitu pengap.

“Mengapa saya disekapnya? Padahal saya tak memiliki secuil harta benda apapun” gerutuku kesal sambil menunduk lesu dan tetap memikirkan bagaimana cara untuk keluar dari gudang berukuran sepuluh meter kali sepuluh meter ini. Adalah Madam Iel, wanita tua kaya raya sekampung Raya Sari yang memiliki hutan jati berpuluh-puluh hektar luasnya dan tidak akn pernah cukup puas dg apa yang dimilikinya. Ia berpikir bahwa harta yang melimpah akn mengantarkan kebahagiaan kepadanya ketika ia telah berada di liang lahat. Sungguh tidak logis.

“Percuma saja kau berpikir keras tentang bagaimana cara untuk kabur, gadis bodoh! Warga desa tak akn ada yang mau menolongmu, dia pengikutku” bentak keras Madam Iel dg suara seraknya yang sangat khas. Aku terkejut seraya mendongakkan wajahku ke arahanya. Namun kembali kutundukkan wajahku, saya lesu mendengar perkataannya. Ada benarnya juga, semua sia-sia. Kali ini Madam Iel datang tak ditemani oleh kedua body-guardnya yang berperawakn besar dan kekar itu, tak ku ketahui siapa namanya.

Perlahan ia mulai mendekatiku dg raut wajah yang kejam. Langkahanya tertatih dan tertahan. Tiba-tiba sebuah asap berwarna hitam pekat mengepul, seiring dg hilangnya Madam Iel dari tempat semula ia berada. Asap itu semakin mendekat ke arahku. Aku terhenyak lantaran sebuah keanehan baru saja kusaksikan langsung oleh kedua bola matsaya yang berwarna coklat ini.

“Tolooong.. Tolooong” teriakku kencang. Aku tsayat, karena asap itu mengelilingiku. Dapat kuhitung, sebanyak tujuh kali asap itu mengitariku. Aku berkomat-kamit memanjatkan do’a, berharap Sang Pencipta segera menyelamatkan ku dari tempat ini. Namun tiba-tiba Madam Iel muncul dan seketika asap itu menghilang. Ia tetaplah menjadi wanita tua yang kejam. Bedanya, kini wajahanya terlihat putih pucat, darah berwarna merah pucat bercucuran dari sekujur tubuhanya, rambut putihanya yang panjang sepunggung acak-acakn. Aku terperanjat, ia menatap tajam wajahku dan menyeringai bengis.

“Huahahahahahaa kini penantianku telah tiba, Liona. Gadis kecil yang lugu kini telah beranjak menjadi gadis berumur tujuh belas tahun yang sangat cantik jelita. Namun malang, nyawanya akn segera melayang”.

“Apa yang ia mau dariku? Ada apa ini?” batinku. Aku terkejut, heran, dan tidak mengerti apa maksud dari perkataan Madam Iel. Aku teriam, sementara Madam Iel masih terus berkata aneh seiring dg tawanya yang semakin meledak-ledak. “Bersiaplah kau gadis sial!” ucap Madam Iel sambil menolehku dg tatapan penuh amarah. Aku kembali mengernyitkan dahi, saya tak mengerti. Kini di tangan Madam Iel terdpt dua buah kendi yang tak ku ketahui isinya.

“Byorrrr” cairan kental dari kedua kendi itu telah ditumpahkannya. Kental, pekat, dan anyir. Iya, darah. “Tinggal selangkah lagi, Liona” ucapnya seraya mendekatkan wajah buruk rupanya ke wajahku. Dapat kucium bau amis di seluruh badannya. Perutku serasa iaduk, ingin muntah rasanya. “Iblis kau!” gertakku geram. Ku lihat Madam Iel hanya tertawa kegirangan seraya berputar-putar di hadapanku.

“stlah tujuh belas tahun menanti seorang gadis untuk menggantikan riwayatku, kini di hadapanku telah saya dptkan gadis yang tepat. Tinggal menghitung detik engkau akn lenyap, gadis malang. Dan kini saya akn berubah menjadi Gabriella yang muda dan berseri kembali. Hahahahaaa” jelas Madam Iel panjang lebar. Aku hanya bsa pasrah dan menangis, iya menangis. Seperti seekor tikus dalam perangkap, mustahil untuk bsa menyelamatkan diri.

Kini nyawsaya telah diujung tanduk, ritual pertukaran raga akn segera dimulai. Madam Iel berkomat-kamit, entah mantra macam apa yang ia baca. Ia semakin mendekat ke tubuhku, lalu ia mendekapku. “Glek” saya hanya bsa menelan ludah, berkali-kali. Lalu matsaya kembali terpejam, mencoba untuk menghilangkan rasa tsayatku. Aku benar-benar pasrah akn kenyataan pahit yang kurasakn secara mendadak ini. Aku syok berat.

“Baguuuus, ritual akn segera berakhir” ucap Madam Iel kegirangan. Kata-katanya seakn mengiris seluruh tubuhku menjadi bagian yang kecil dan tipis, sangat sakit rasanya. “Jleb” tiba-tiba tubuh Madam Iel jatuh terkulai, lemas seperti sehelai kain yang diterpa angin. Tubuh rentanya berubah menjadi debu dan hilang seketika. “Hel.. Helmy. Ka..u?” ujarku terbata-bata. Matsaya terbelalak menyaksikan kejaian beberapa detik yang lalu ini.

Helmy, seorang laki-laki yang telah ku kagumi dua belas bulan terakhir ini telah menghunuskan keris ke punggung Madam Iel dan membuatnya musnah. Sungguh tak terduga, Tuhan telah mengirimkan seorang kesatria untuk menolongku. “Terimakasih, Hel” sambungku sambil mengembangkan senyum di wajahku yang kusam. Namun ku lihat tak ada rona kebahagiaan di wajah Helmy, ia bersikap sangat dingin.

“Aku telah mengambil keris baja Ki Ageng Maharaya di bukit Indah. Menurut petunjuk, saya harus membunuh penguasa Raya Sari. Dan saya telah melsayakannya” ucap Helmy untuk yang 1 kali. “stlah itu, saya harus membunuh seorang perempuan incaran nya” sambungnya sambil menatap matsaya dalam-dalam dan menyeringai kemenangan. “Glek” saya tertegun. Habislah riwayatku.

Related Posts


EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng
:lv